Peringatan ke-68 Konferensi Asia Afrika di Bandung, Simak Sejarahnya

PIKIRAN RAKYAT – Hari Konferensi Asia Afrika ke-68 diperingati pada 18 April 2023. Konferensi Asia Afrika merupakan pertemuan antara pemimpin se-Asia Afrika.

Di mana pertemuan ini lahir dari perasaan senasib yang dialami oleh negara-negara di kawasan Asia dan Afrika akibat Perang Dunia II usai lahirnya dua blok kekuatan besar yang semakin memanas.

Sejarah Konferensi Asia Afrika

Sejarah Konferensi Asia Afrika dimulai sejak berakhirnya perang dunia dua. Ketegangan politik dan keamanan dunia yang masih tidak aman, Indonesia mengeluarkan kewenangan politik bebas aktif dan politik bertetangga baik.

Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo pada tahun 1953 menyebut negara AsiaAfrika adalah negara yang paling berpengaruh akibat ketegangan dunia di masa itu. Untuk itu, suatu usaha harus dilakukan supaya negara AsiaAfrika bebas dari ketegangan dunia.

Ide penyelenggaraan KAA berasal dari ajakan Perdana Menteri Ceylon, Sir John Kotelawala kepada para Perdana Menteri U Nu (Birma), Jawaharlal Nehru (India), Ali Sastroamidjojo(Indonesia), dan Mohammed Ali (Pakistan). Undangan tersebut bermaksud untuk mengajak pertemuan secara informal di negaranya.

Pada tahun 1955, Indonesia terpilih menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika (KAA). Kemudian, Presiden Soekarno menunjuk Kota Bandung sebagai tempat diselenggarakannya KAA.

Konferensi ini dilaksanakan pada 18-24 April 2023 Gedung Merdeka dan Gedung Dwiwarna Bandung. Ada 29 negara yang ikut berpartisipasi.

Presiden RI Ir. Soekarno menyampaikan pada akhir pidatonya pada Konferensi Asia Afrika yang dihadiri 29 negara, mengatakan:

“Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita, pemimpin-pemimpin Asia dan Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan AsiaAfrika tidak akan terjamin. Saya harap konferensi ini akan memberikan pedoman kepada umat manusia, akan menunjukkan kepada umat manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai keselamatan dan perdamaian. Saya berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika telah lahir kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa Asia Baru dan Afrika Baru telah lahir,”.

Dari hasil Konferensi Asia Afrika yang paling monumental adalah Dasa Sila Bandung, yakni prinsip dasar usaha dalam memajukan perdamaian dan kerja sama dunia. Ada 10 prinsip pada Dasasila Bandung yaitu:

1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta azas-azas yang termuat dalam piagam PBB.

2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa-bangsa.

3. Mengakui persamaan semua suku-suku bangsa dan persamaan semua bangsa-bangsa besar maupun kecil.

4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal dalam negeri negara lain.

5. Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendirian atau secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.

6. a. Tidak mempergunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu dari negara-negara besar.

b. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.

7. Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.

8. Menyelesaikan segala perselisihan-perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hakim atau pun lain-lain cara damai lagi menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai dengan Piagam PBB.

9. Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama.

10. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.***

Sumber: Pikiranrakyat.com

Leave a Reply

Your email address will not be published.