Pentingnya Padat Karya dan Bansos untuk Atasi Pengangguran di Jawa Barat

Jawa Barat sebagai provinsi dengan jumlah penduduk tertinggi menyumbang angka pengangguran tertinggi nasional, yaitu 8,31%. Berbagai faktor menjadi penyebabnya, di antaranya terpaan resesi ekonomi setelah pukulan pandemi Covid-19 se­jak 2020 lalu.

Puluhan ribu karyawan kehilangan pe­kerjaan akibat gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK). Dengan demikian, perlu solusi untuk menyelamatkan para pekerja yang kehilang­an pekerjaan dan untuk mengurangi angka pengangguran.

Ketua Fraksi PKS DPRD Jabar, Haru Suandharu saat di­temui di Kantor DPW PKS Jabar, Kota Bandung, Rabu (1/3/2023), mengemukakan, masalah pengangguran sudah ter­indi­kasikan sejak akhir 2022. Saat itu gelombang PHK sudah mulai te­rasa karena pandemi, ditambah pemerintah turut me­naikkan harga BBM. Meski di saat bersa­ma­an, kondisi pertumbuhan ekonomi di Jabar maupun inflasi Jabar masih dapat ditolerir.

Menyinggung pernyataan Gubernur Jabar yang menya­takan Jabar menjadi tujuan investasi tertinggi di Indonesia, hal itu harus dibuktikan. ”Kita ingatkan, benar enggak? Apakah investasi tinggi itu menyerap tenaga kerja di Jabar atau mereka punya speck tertentu yang ak­hirnya mendatangkan tenaga kerja dari lain tempat,” ucapnya.

Menurut dia, dengan angka pengangguran tertinggi di Indonesia tersebut menjadi bukti keterlambatan peme­rintah dalam mengantisipasi persoalan tersebut. Pasalnya saat ini pemerintah lebih memprioritaskan untuk mengejar janji kampanye yang tertuang dalam RPJMD Jabar 2018-2023.

Di sisi lain, saat ini perencanaan pembangun­an maupun kegiatan 2023 sudah selesai. Saat ini tinggal tahap implementasi. Jadi apa yang direncanakan dipas­tikan berjalan dengan baik karena periode sekarang tidak ada kesempatan untuk merespons, selain apa yang direncanakan dilakukan sebaik-baiknya.

Padat karya

Haru meminta pemerintah menggencarkan kembali padat karya, seperti halnya yang dilakukan ketika krisis moneter terdahulu. Pemerintah sengaja membuat program untuk menyerap tenaga kerja agar mereka yang tidak memiliki pekerjaan mendapatkan upah harian lepas sehingga mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan keseharian.

Kedua, bansos atau bantuan sosial. Dia sudah menyampaikan hal itu kepada pemerintah agar bansos seperti pada Covid-19 lalu dilanjutkan. Karena ketika Covid, banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Ditambah adanya resesi, sehingga bansos harus tetap ada.

”Jadi yang kena PHK dapat menerima bansos, kemudian anak sekolah gratiskan, buka padat karya baru tahap yang selanjutnya. Ibarat gempa, ada rehabilitasi dengan menggelar pelatihan wirausaha kecil-kecilan atau sertifikasi keterampilan tertentu. Kemudian, ciptakan iklim invetasi lebih baik biar para investor mau memindahkan uang mereka ke sektor riil dengan membuka usaha,” tuturnya.

Haru pun berharap, masyarakat dapat meningkatkan rasa kesetiakawanan sosial di tengah masyarakat, seperti halnya ketika Covid sedang memuncak. Masyarakat juga diminta lebih memprioritaskan kebutuhan pokok dan cermat dalam berinvestasi. ”Yang keempat, tentunya tetap optimistis dan berdoa,” pungkasnya. (*)

sumber : pikiran-rakyat.com

Leave a Reply

Your email address will not be published.