Panorama Bukit Sanghyang Dora Membuat Pengunjung Terkesima

TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKABukit Sanghyang Dora di Desa Leuwikujang, Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka memiliki daya tarik sendiri sebagai objek wisata.

Pasalnya, bukit dengan ketinggian 396 meter di atas permukaan laut (MDPL) itu memiliki pemandangan bak Raja Ampat Papua.

Diketahui, Raja Ampat di wilayah Timur Indonesia itu menyuguhkan bentangan pemandangan alam eksotis, mulai dari gugusan pulau hijau di atas birunya laut.

Namun bedanya, Bukit Sanghyang Dora di Majalengka ini memiliki pemandangan bukit-bukit di atas panorama perkotaan, bukan lautan.

Selain itu, Bukit Sanghyang Dora juga kerap diselimuti kabut tipis yang terkadang muncul di antara bukit-bukit yang mana memberikan kesan syahdu saat berada di atas bukit tersebut.

Eksotisme panorama yang dianugerahkan pada Bukit Sanghyang Dora mampu membuat pengunjung terkesima.

Suasana alam perbukitan yang masih asri dan hijau membuat siapapun yang berkunjung merasa damai.

Gunung Ciremai yang tampak di antara gugusan bukit ini juga semakin mempercantik pemandangan alam di sini.

Tak hanya itu, pada saat malam tiba, pengunjung akan disuguhkan pemandangan alam perbukitan yang berpadu dengan kelap-kelip lampu khas perkotaan.

Keindahan pemandangan malam hari akan cerah semakin terlihat sangat cantik ketika tiba bulan purnama di waktu kemarau, dengan langit yang bersih dan cerah.

Pengelola Bukit Sanghyang Dora, Otang mengatakan, disebutnya wisata yang dikelolanya dengan sebutan Raja Ampat, dikarenakan perbukitan ketika melihat dari puncak menyerupai seperti yang ada di Papua sana.

Dijelaskan bahwa jika Raja Ampat versi aslinya itu perbukitan dikelilingi oleh lautan, di Sanghyang Dora sendiri dikelilingi oleh hamparan daratan.

“Sanghyang Dora disebut juga Raja Ampatnya Majalengka, karena apa, perbukitan yang ada di kami ini bentuk bukitnya itu menyerupai di Raja Ampat.”

“Bedanya, di Raja Ampat itu versinya kan lautan ya, jadi Bukit yang dikelilingi lautan, nah di kami itu daratan, jadi kalau pengunjung naik ke puncak bisa melihat bukit-bukit seperti di Raja Ampat begitu,” ujar Otang saat ditemui di lokasi, Senin (26/12/2022) sore.

Otang menjelaskan, bahwa awal dikenalnya Sanghyang Dora dengan julukan Raja Ampat justru dari pengunjung itu sendiri.

Di mana, banyak pengunjung yang berswafoto dengan latar perbukitan yang menyerupai Raja Ampat.

“Sebenarnya sudah lama ya, sekitar 3 tahun lalu. Jadi penyebutan itu tidak sengaja, karena banyaknya pengunjung yang berfoto dengan background bukit-bukit itu, sehingga banyak yang bilang mirip seperti di Raja Ampat,” ucap Otang.

Menurut dia, bahwa Sanghyang Dora sendiri memang dikenal dengan wisata ‘camp ground’.

Banyak wisatawan dari luar daerah yang sengaja datang untuk bisa menikmati suasana di puncak bukit Sanghyang Dora.

“Sanghyang Dora itu tipe wisata camp ground, karena apa, wisata kami ini harus diawali dengan perjalanan dulu, yaitu pendakian.”

“Waktunya sekitar satu jam setengah dari mulai basecamp sampai ke puncak,” kata Otang.

“Ada 5 pos, nah masing-masing pos itu, pos pertama berada di Bukit Enjoy, pos 2 berada di Bukit Kayaa, pos 3 berada di Bukit karapyak, pos 4 berada di Bukit panangisan dan pos 5 berada di Bukit lebak lutung,” jelas dia.

Adapun, kata Otang, pendaki hanya mengeluarkan uang sekitar Rp 10 ribu untuk bisa mengunjungi tempat wisata alam ini.

Jika waktunya berada di akhir pekan, harganya naik menjadi Rp 15 ribu.

Di titik awal wisata ini juga, pengunjung dapat menikmati spot-spot foto yang telah disediakan oleh pengelola.

“Di bawah ada camp ground, cuma itu lebih condong ke family gathering. Ada MCK juga, lapangan kemping, spot-spot foto, musala maupun lainnya. Di atas ada toilet juga,” ujar Otang.

“Motor dan mobil ukuran sampai elf bisa masuk sampai ke basecamp.

“Tetap, kita imbau kepada pengunjung yang hendak datang ke sini agar tetap mematuhi prokes, kemudian yang ingin kemping di atas harus memperhatikan safety pendakian,” ucap Otang. (*)

Sumber: Tribun Jabar

Leave a Reply

Your email address will not be published.