Kolaborasi Dekranasda Wilayah Bandung Raya Geliatkan Ekonomi Masyarakat

BERITABANDUNG.id – Ketua Dekranasda Kota Bandung, Yunimar Mulyana sangat menyambut baik kolaborasi ini. Baginya, kolaborasi antar dekranasda sangat diperlukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

“Pihak KBB bekerja sama dengan Hotel Mercure untuk menampilkan usaha UMKM se-Bandung Raya dari KBB, Kabupaten Bandung, Kota Bandung, dan Cimahi. Produk kita juga ada di sini, ada craft, kuliner, dan fesyen,” ujar Yunimar.

Ia menjelasakan, seluruh pemasaran produk UMKM di sini dikelola oleh Tlatah Nusantara, tim pemasaran UMKM yang dibentuk Pemerintah Daerah (Pemda) KBB.

Inovasi pameran di hotel menjadi langkah baik untuk memperluas pasar para UMKM yang selama ini masih kesulitan dalam memperluas jaringan.

“Ini sangat membantu pelaku usaha bisa berpameran. Pemkot Bandung juga sering melakukan pameran di mal-mal. Sekarang mereka memiliki kesempatan lebih luas merambah ke hotel,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Dekranasda KBB, Sonya Fatmala menjelaskan, Tlatah Nusantara merupakan wadah yang dibentuk untuk mengembangkan produk UMKM khususnya di KBB.

“Meski ini forum dari KBB, tapi untuk bisa sukses kami tidak bisa sendirian. Maka kami juga berkolaborasi dengan empat wilayah salah satunya Dekranasda Kota Bandung,” tutur Sonya.

Ia berharap, langkah ini semoga bisa menjadi salah satu upaya untuk mengembangkan ekonomi di KBB.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Dekranasda Provinsi Jabar, Atalia Praratya mengaku membutuhkan suntikan semangat muda seperti ini untuk menciptakan ide baru. Sehingga bisa menjadi jembatan untuk membuka ruang kreativitas para UMKM.

“Kita sempat alami distrupsi yang luar biasa. Para pelaku UMKM bingung bagaimana cara untuk menggeliatkan diri kembali. Mudah-mudahan semakin banyak ruang kreatif seperti pasar kreatif dan hotel-hotel untuk menguatkan para UMKM,” ungkap Atalia.

Salah satu produk UMKM Kota Bandung yang ikut terlibat adalah Hasan Batik. Staf pengrajin Hasan Batik Bandung, Syifa memaparkan, produk tersebut merupakan batik colet.

“Prosesnya dicap dulu pakai lilin. Setelah itu dicelup muda agar kainnya berwarna. Ditambah lagi cap dengan lilin untuk layer keduanya. Baru setelah itu dicolet atau dilukis,” papar Syifa.

“Lalu, batik yang sudah selesai dicolet, ditutup lagi menggunakan lilin agar warnanya terlindungi. Setelah itu dicelup lagi agar lebih pekat warna kainnya. Lalu, lilinnya dibersihkan sehingga yang muncul adalah warna asli dari hasil colet,” imbuhnya.

Ia mengaku, semasa pandemi, pesanan batik makin berkurang.

“Ada yang pesan baju, sarung bantal, taplak meja, dan hiasan dinding. Kalau bikin sarung bantal bisa jadi sehari,” katanya.

Senada dengan Syifa, Owner Bonami, Thesa menceritakan caranya untuk tetap bangkit setelah pandemi.

Produk yang ia buat adalah craft handmade berupa aksesoris dan home decore dengan bahan dari kawat, batu alam, serta ada tali dan kulit juga.

“Sekarang saya lagi bikin hiasan dinding balon udara, cuma belum beres pakai tapestri,” jelas Thesa.

Dalam membuat produk handmade, ia mengaku sangat tergantung dengan mood. Satu pcs home decore bisa jadi 2-3 hari.

“Kalau kecil-kecil itu bisa jadi banyak dalam sehari,” ujarnya.

Selama ini ia berjualan di instagram atau ikut pameran di mal-mal melalui Dekranasda Kota Bandung.

Semasa pancemi Covid-19, dalam sebulan minimal ia memperoleh Rp1 juta. Itupun tanpa promosi karena semuanya ia kerjakan sendiri.

“UMKM itu susahnya di pemasaran, apalagi tempat untuk jualannya. Kalau mal ke mal itu mahal banget. Makanya saya dan teman-teman itu nyewa satu booth dipakai untuk 10 orang,” ungkapnya.

Ia merasa sangat terbantu dengan adanya kolaborasi Dekranasda ini. Sebab, ia jadi lebih fokus mengurus produksi.

“Kalau ada media seperti ini lebih menyenangkan, pasarnya lebih jelas. Bersyukur banget kalau ada tempat yang mau menampung,” katanya.

“Di sini kita cuma taruh barang, tim Tlatah yang pemasarannya, sehingga kami fokus untuk produksinya,” imbuhnya.

Sumber: Beritabandung.id

Leave a Reply

Your email address will not be published.