PIKIRAN RAKYAT – E-commerce atau layanan belanja daring kini tengah marak di berbagai penjuru dunia, tak terkecuali di Indonesia. Selama kurang lebih satu dekade, muncul berbagai jenis e-commerce yang menawarkan keunikan mereka sendiri-sendiri.
Beberapa e-commerce yang ada di Indonesia bahkan dibuat sendiri oleh anak bangsa. Namun banyak pula yang mendapat suntikan dari pasar asing, hingga dikelola oleh perusahaan luar negeri.
Di tengah persaingan ketat, sejumlah e-commerce yang selama ini berkembang di Indonesia tidak dapat mempertahankan eksistensi mereka. Alhasil, mereka harus menutup perusahaan dan tak bisa lagi melayani masyarakat Tanah Air.
Lalu, perusahaan e-commerce apa saja yang harus gulung tikar dan tidak bisa melayani pelanggan? Berikut ini Pikiran-Rakyat.com rangkum, sejumlah e-commerce yang sudah gulung tikar, dirangkum dari berbagai sumber.
JD.ID
Kabar yang kini tengah menghebohkan masyarakat Tanah Air adalah ditutupnya layanan JD.ID per 31 Maret 2023 mendatang. Perusahaan e-commerce asal China ini akan berhenti menerima pesanan pelanggan pada 15 Februari 2023 mendatang.
Sebagai platform yang menawarkan jaminan orisinalitas barang yang dibeli, perusahaan JD.COM yang menjadi induk JD.ID akan fokus pada pembangunan jaringan rantai pasok lintas negara. Nantinya, logistik dan pergudangan akan menjadi inti bisnis perusahaan tersebut.
Sebelum menutup perusahaan ini, JD.ID telah melakukan langkah awal untuk menyelamatkan perusahaan dengan melakukan PHK terhadap karyawannya. Kurang lebih 200 karyawan, atau 30 persen dari total karyawan telah dirumahkan pada Desember 2022.
Perusahaan yang telah hadir di Indonesia sejak tahun 2015 silam ini juga menghentikan operasionalnya yang ada di Thailand. Kenaikan suku bunga acuan bank sentral berbagai negara dinilai jadi salah satu alasan perusahaan ini tak bisa bertahan.
Elevenia
Platform belanja daring yang juga menutup layanannya adalah Elevenia. Perusahaan yang berada di bawah XL Axiata, SK Planet, dan Salim Group ini diluncurkan pertama kali pada 1 Maret 2014 silam.
Elevenia mencatatkan rapor bagus setelah satu tahun berdiri lantaran mampu mengumpulkan 1 juta pengguna. Hingga tahun 2016, perusahaan tersebut memiliki rata-rata 20.000 transaksi per hari, dan mengumpulkan total transaksi hingga Rp1,3 triliun.
Namun Elevenia tak mampu bersaing dengan platform belanja lain yang sudah dekat dengan masyarakat. Mereka mengumumkan akan berhenti melayani masyarakat lewat website resmi mereka, namun tak mengumumkannya di media sosial.
Elevenia menghentikan segala operasional mereka pada 1 Desember 2022 lalu. Dan pada tanggal 30 November 2022 menjadi hari terakhir konsumen dan mitra bisa menghubungi costumer service.
BLANJA.com
Platform belanja yang satu ini merupakan joint-venture antara perusahaan pelat merah Telkom Indonesia dengan eBay. BLANJA.com memiliki hubungan kerja sama dengan bank-bank kondang Indonesia seperti Mandiri, BNI, BCA, BRI, BTN, Mega, Niaga, ANZ, BII, dan lainnya.
Setelah berdiri pada 2012 lalu, BLANJA.com sempat masuk dalam 11.000 perusahaan global berdasarkan versi Alexa. Platform ini juga memiliki hingga 200 karyawan, berdasarkan data per Oktober 2016.
Namun perusahaan ini resmi menghentikan operasionalnya per 1 September 2020 lalu. Pihak Telkom Group menyatakan perusahaannya akan fokus di Business to Business (B2B) dan koperasi.
Fabelio
Berbeda dari platform belanja lainnya yang menyediakan berbagai layanan mulai dari fashion hingga elektronik, Fabilio mengkhususkan diri untuk bergerak di bidang jual beli furniture dan interior. Platform ini dikelola oleh PT Kayu Raya Indonesia.
Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menetapkan PT Kayu Raya Indonesia atau Fabelio pailit. Keputusan tersebut mulai berlaku per 6 Oktober 2022 lalu.
Perusahaan ini telah bekerja sama dengan lebih dari 2.000 pengusaha furniture lokal. Fabelio bahkan bisa mendapatkan pendaan dari pemodal ventura Taiwan dengan nilai modal mencapai Rp300 miliar. Sayangnya hal itu tidak bisa mempertahankan eksistensi platform ini.***
Sumber: Pikiran Rakyat