Disdik Kota Bandung Melarang Para Siswa Bawa Lato-lato ke Sekolah

RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung mengeluarkan edaran yang melarang siswa membawa mainan yang tidak berkaitan dengan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah. Salah satu permainan yang dilarang tersebut adalah lato-lato.

Kepala Disdik Kota Bandung, Hikmat Ginanjar mengatakan pelarangan tersebut, guna mencegah kondisi yang tidak diinginkan.

“Untuk mencegah kondisi yang tidak diinginkan Dinas Pendidikan mengeluarkan edaran yang melarang membawa mainan yang tidak berkaitan dengan proses KBM di sekolah,” ujar Hikmat dalam keterangan resminya, Selasa (10/1/2023).

Sebagai informasi, surat nomor B/PK.03.02/485-DISDIK/I/2023 tentang Kegiatan Pembelajaran Semester II, disebutkan pada poin dua: Menghimbau kepada Seluruh Ekosistem Satuan Pendidikan dan Orang Tua Peserta Didik untuk bersama-sama saling mengawasi maraknya permainan konvensional maupun digital, serta tidak membawa atau bermain segala bentuk permainan yang tidak berkaitan dengan pembelajaran (KBM) ke dalam lingkungan sekolah.

“Untuk ibu bapak guru dan orang tua siswa, mari kita berkolaborasi mengedukasi ananda tentang permainan dan dampaknya. Juga bijak dalam memainkannya sehingga tidak mengganggu orang lain tentu harus di tempat yang semestinya,” imbaunya.

Hikmat mengatakan, lato-lato, permainan jadul yang viral banyak dimainkan masyarakat di Indonesia memiliki banyak manfaat, namun juga ada dampak negatif jika tidak dimainkan dengan benar.

Lato-lato tidak hanya dimainkan anak-anak tapi juga oleh orang dewasa. Di mana memiliki manfaat bagi anak seperti melatih kognitif dan motorik, kepercayaan diri, mengendalikan emosi, mencerdaskan anak hingga melatih kesabaran.

Meskipun baik untuk melatih perkembangan anak, namun permainan ternyata ada dampak negatif juga. Di antaranya lupa waktu, mengganggu karena suara, adanya potensi membentur ke tubuh pemain seperti mata, hidung, kepala bahkan bisa membahayakan di sekitarnya.

ok-nok. Lato-lato sebenarnya bukan asli Indonesia, melainkan permainan dari Eropa dan Amerika Serikat yang muncul pada 1960-70an.

Pada saat itu, juga sempat dilarang atau ditentang karena dianggap membahayakan. Karena terbuat dari bahan yang keras sehingga dikhawatirkan jika pecah akan mengenai anggota tubuh pemain. (ysf)

Sumber: Radar Bandung

Leave a Reply

Your email address will not be published.