Asal Pasang Sepanduk dan Bendera Parpol, Walkot Bandung: Jaga Estetika Kota

Bandung – Jelang tahun politik, ragam spanduk tokoh dan bendera partai politik (parpol) mejeng di sudut-sudut Kota Bandung. Seperti di perempatan hingga lokasi strategis lainnya.

Estetika kota pun jadi sorotan. Sebab, sebagian masyarakat menganggap spanduk dan bendera parpol tersebut mengganggu estetika kota. Tak sedikit pula pemasangan spanduk yang melanggar aturan, dalam artian tak pada tempatnya.

Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengaku tekah berkoordinasi dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk menertibkan spanduk yang dipasang tak sesuai aturan. Yana juga meminta agar kesadaran para pemasang untuk turut menjaga estetika kota.

“Kalau itu merusak estetika ya baiknya ada kesadaran dari pemasang ya,” kata Yana kepada detikJabar saat ditemui di Jalan Merdeka, Rabu (1/3/2023).

Yana menegaskan Pemkot bandung tak melarang pemasangan spanduk para tokoh politik atau parpol. Termasuk soal bendera parpol. Namun, ia meminta agar pemasang spanduk dan bendera bisa mengikuti aturan yang ada.

“Kita tidak melarang. Tapi, mari kita jaga sama-sama estetika dan keindahan kota,” ucap Yana.

Pantauan detikJabar, di jalan layang Kiaracondong sejumlah bendera parpol berderet. Kayu penyangganya ada yang patah dan jatuh ke jalan. Selain itu, di Jalan Ibrahim Adjie juga banyak bendera parpol yang diikat di pohon. Kondisi demikian tentu merusak estetika kota.

Salah seorang warga Kecamatan Antapani Kota Bandung, Wahyu (33) mengaku sudah terbiasa dengan wajah politikus yang terpampang di spanduk dan baliho. Bahkan, ia hafal nama-nama politikus yang sering ia lihat. Wajah politikus yang di spanduk itu kerap memaksa matanya untuk memandang, entah lima detik atau 10 detik. Namun, Wahyu sejatinya risih.

“Ruang publik itu sejatinya bukan tempat untuk ajang eksistensi partai atau tokoh politik ya. Di Perda kan ada aturannya yang boleh dipasang di mana saja, yang tidak di mana saja,” kata pria lajang asal Antapani.

“Spanduk-spanduk yang tidak resmi, asal pasang di perempatan lampu merah, talinya ke mana-mana, itu kan menganggu ya. Apakah tidak ada modal pasang baliho yang resmi,” kata Wahyu menambahkan.

Wahyu menilai wajah politikus yang mejeng di spanduk itu tak punya korelasi untuk menciptakan estetika kota. “Nggak guna juga sih. Orang lebih melihat jalan ketimbang muka mereka, ya terganggu lah. Tidak membuat indah,” tutur Wahyu.

Sumber: Detik.com
Leave a Reply

Your email address will not be published.